Thursday, August 20, 2009

Imbas Tanpa CR7 Sudah Terasa di Pekan ke-2

Dalam tiga tahun terakhir, Cristiano Ronaldo jelas adalah aktor utama mengalirnya trofi demi trofi ke Old Trafford. Kepergian sang bintang musim ini tak terhindarkan lagi. Selain harga tinggi yang disodorkan Madrid, Ronaldo pun ditengarai sudah lama mengintip pintu keluar. Liga Spanyol rupanya sudah sejak dulu dia idam-idamkan. Buat apa menahan pemain dengan motivasi seperti itu, terutama karena memang tidak ada pemain yang lebih besar dari Manchester United!

Untuk menutupi kepergiannya (plus Tevez yang juga hijrah ke Manchester City), Sir Alex sebenarnya sudah melakukan pembelian yang 'memadai'. Kedatangan Valencia, Owen dan Obertan di awal musim serta akan mendaratnya 2 bintang muda (Adem Llajic dan Biram Diouf) pada Januari 2010 adalah alasan kenapa United harus tetap yakin mampu merebut gelar liga ke-19 sepanjang sejarahnya.

Apa boleh buat, ketidakhadiran Ronaldo sudah membuat United menelan kekalahan di partai ke-dua. Banjir cedera mungkin menjadi alasan kekalahan yang banyak diperbincangkan media. Tapi, bila mengetahui bahwa dalam pertandingan tersebut United gagal mencetak gol dari titik putih, mayoritas orang akan berharap: coba masih ada Ronaldo!

Carrick gagal dalam kesempatan pertamanya menggantikan CR7 mengalgojoi penalti yang diperoleh United

Mencetak Gol dengan Berbagai Cara

Ronaldo sendirian memimpin daftar pencetak gol MU dalam 2 musim terakhir dan mencetak jumlah gol yang sama dengan Rooney untuk menjadi top-scorer kembar klub semusim sebelumnya. Ketergantungan United pada Ronaldo memang terlalu tinggi dan itu tidak dapat langsung tergantikan dengan mendatangkan pemain-pemain baru.

Ronaldo; Jago mencetak gol dalam open-play maupun set-pieces

Ronaldo adalah predator, di mana pun pria Portugal itu di mainkan. Itu karena dia memiliki atribut sangat lengkap yang membuatnya sangat berbahaya bila berada di lapangan. Dalam open-play, Ronaldo dipersenjatai dengan kecepatan dan bejibun trik untuk mengelabui pemain-pemain bertahan lawan. Ketika mendapatkan set-piece, United pun kerap dihadiahi gol olehnya, baik itu melalui tendangan bebas, tendangan penalti maupun tendangan sudut. Kemampuan-kemampuan tersebut menjadi tanpa ampun karena Ronaldo dianugerahi kedua kaki yang 'hidup' serta kepala yang 'tajam' sebagai mata tombak lompatan tingginya ketika menyambut bola-bola udara.

Dan ketika melawan Burnley Rabu kemarin, kemampuannya mengeksekusi penalti menjadi sangat dirindukan.

Tentu United Bisa, tapi Mulai Kapan?

Bukan musim ini saja United bermain tanpa pemain yang sangat berpengaruh di musim-musim sebelumnya. Dan seperti saat-saat itu, United pasti bisa menggantikan pengaruh Ronaldo pada performa tim di musim ini dan musim-musim selanjutnya.

Ada beberapa pemain yang dimiliki MU saat ini yang meski dalam level berbeda dapat diandalkan untuk mengambil alih peran Ronaldo. Untuk open-play, dinamika permainan Ronaldo sesungguhnya bisa diimpersonatorikan oleh Rooney. Tapi tampaknya musim ini Sir Alex lebih menginstruksikan meminimalisir tusukan dari sayap langsung ke kotak penalti dan mengikuti keinginan Rooney untuk menjadi penyerang tengah ke dua. Okelah, meski memerlukan waktu transisi, perubahan seperti ini memang diperlukan karena lawan pasti mudah membaca permainan United yang sudah diterapkan beberapa musim terakhir.

Yang jadi masalah adalah ketika United mendapat hadiah tendangan bebas atau penalti. Ryan Giggs memang lumayan fasih mengeksekusi tendangan bebas dan penalti, juga Scholes yang tendangan kerasnya bisa diandalkan menyepak bola dari titik putih; tapi usia tidak memungkinkan mereka selalu bermain. Adalagi Owen Hargreaves yang ketika masih fit dipercaya menggilir bola tendangan bebas dengan Ronaldo dan Giggs. Tapi Hargo diprediksi baru akan siap bermain secepat-cepatnya pada akhir tahun 2009. Bahkan, bila tak kunjung menunjukkan perkembangan positip, pemain kelahiran Kanada itu sudah siap mengakhiri karirnya secara dini.

Yang paling mungkin dilakukan adalah melatih pemain-pemain tersisa (yang berusia muda) agar bisa diandalkan untuk mengoptimalkan peluang bola mati yang dihadiahkan wasit. Potensi besar ada pada diri Anderson dan Zoran Tosic. Anderson sudah membuktikan dirinya layak dipercaya mengeksekusi free-kick, terutama yang diperoleh di sisi kiri jauh gawang lawan seperti yang diperolehnya ketika melawan Boca Juniors di Audi Cup 2009. Sejauh ini pun Anderson belum pernah gagal melaksanakan porsinya dalam adu penalti yang harus dilakoni United.

Kemampuan Tosic untuk set-piece juga termasuk eksepsional sebenarnya. Tendangan keras nan paraboliknya sering membobol gawang lawan Partizan Belgrade, klubnya sebelum United. Sayang, seperti juga Anderson, Tosic masih harus berusaha keras untuk selalu masuk starting-eleven pilihan SAF.
Gelar Juara bisa Pindah Tangan karena Bola Mati

Kualitas individu Ronaldo dalam sistem permainan memang bisa digantikan dengan kolektivitas tim. Tapi kegagalan mengeksekusi bola mati bisa menentukan perbedaan tim satu dengan lainnya dalam klasemen.

Contoh paling dekat ada dalam gim pembuka musim, ketika Chelsea berhasil menyamakan keunggulan Hull City dengan tendangan bebas Drogba untuk kemudian memenangi pertandingan dengan satu gol tambahan di ujung pertandingan. Pada pertandingan tengah minggu yang dilaksanakan sehari sebelum United bertandang ke Burnley pun Chelsea membalikkan keunggulan Sunderland melalui eksekusi penalti Frank Lampard. Hasilnya, Chelsea kini hanya kalah produktivitas gol dengan Tottenham yang bertengger di puncak klasemen sementara ketika United harus puas berada di tangga ke-10.

No Excuse, Please...

Dalam kampanye juara dua musim terakhir, MU memang selalu terseok-seok dahulu di awal musim. Tapi itu tidak bisa menjadi pembenaran ketidakmampuan pasukan 'Setan Merah' menaklukan klub promosi sekelas Burnley, meski klub yang markasnya hanya berjarak 33 km dari Old Trafford tersebut dikenal sebagai pembunuh raksasa merujuk kesuksesan mereka melaju hingga semifinal FA Cup musim lalu pasca menekuk Arsenal dan Chelsea. Sir Alex sendiri mengakui United bermain buruk meski mendominasi penguasaan bola. Dan untuk pertandingan seperti itu, detil-detil kecil seperti penalti kerap berperan masif menentukan skor akhir.

CR7 sudah menjadi CR9. United harus segera mencari pengganti peran-peran yang biasa dilakukannya.

Bek serba bisa John O'Shea pun sudah mengutarakan keinginannya untuk langsung tancap gas sejak awal. Alasannya jelas: kekuatan tim liga primer kini kian merata dan sudah tidak adanya lagi CR7 yang memiliki kemampuan untuk merubah keadaan. Sayang, MU kembali terseok dan harus menemukan 'sosok' pengganti pemain yang kini berjuluk CR9 itu. Tak peduli apakah 'sosok' tersebut menjelma dalam bentuk skema permainan tim yang lebih tajam atau individu tertentu. Yang penting, bisa diandalkan untuk mencetak gol terutama saat dibutuhkan!

No comments:

Post a Comment