Thursday, August 27, 2009

United ke Turki, Rusia, dan Jerman!

Undian 32 besar UEFA Champions League 2009/2010 menempatkan Manchester United satu grup dengan Besiktas (Turki), CSKA Moscow (Rusia), dan Wolfsburg (Jerman). Bukan grup maut, tapi lumayan tricky.

Hasil Undian Lengkap

Group A: Bayern Munich, Juventus, Bordeaux, Maccabi Haifa.

Group B: United, CSKA Moscow, Besiktas, Wolfsburg
.

Group C: Milan, Real Madrid, Marseille, FC Zurich.

Group D: Chelsea, FC Porto, Atletico Madrid, APOEL Nicosia.

Group E: Liverpool, Lyon, Fiorentina, Debreceni.

Group F: Barcelona, Internazionale, Dynamo Kyiv, Rubin Kazan.

Group G: Sevilla, Rangers, Stuttgart, Unirea Urziceni .

Group H: Arsenal, AZ Alkmaar, Olympiakos, Standard Liege.

Klub-klub Inggris termasuk beruntung tahun ini karena 'lolos' dari kemungkinan untuk satu grup dengan Real Madrid dan Internazionale, dua klub kakap Eropa. Liverpool adalah yang paling alot karena harus berjumpa Lyon dan Fiorentina.

Yang akan jadi partai menarik tentu Milan vs Madrid di mana gelandang anyar Neo-Galacticos Ricardo Kaka akan langsung bertemu mantan klubnya, hanya beberapa bulan setelah pemain Brazil tersebut berpindah dari ke dua klub.

Edwin Terbaik Eropa

Selain pengundian babak grup, event yang berlangsung di Monaco tersebut juga memilih pemain-pemain terbaik Eropa di tiap lini.

Kiper Manchester United, Edwin van der Sar mendapat ganjaran setimpal atas penampilan gemilangnya musim lalu. Gelar 'Kiper Terbaik Eropa 2009' akan menjadi pengantar rencana gantung sarung tangan sangat indah pria Belanda berusia 38 tahun itu di akhir musim ini.

VDS akan keluar Old Trafford sebagai kiper terbaik Eropa!


Inilah para pemain terbaik Eropa 2009 di tiap lini:

Kiper: Edwin van der Sar (Manchester United)

Bek: John Terry (Chelsea)

Gelandang: Xabi Alonso (Barcelona)

Penyerang: Lionel Messi (Barcelona)

Terry lebih Baik dari Rio dan Vidic?

Dari semua pemenang di setiap kategori, terpilihnya John Terry sebagai bek terbaik Eropa 2009 layak dipertanyakan mengingat tahun kemarin dia 'hanya' mampu membawa klubnya menjuarai piala FA serta posisi 3 klasemen akhir liga Inggris dan semifinal liga Champions Eropa. Bandingkan dengan Carles Puyol yang mengkapteni Barcelona meraih treble atau duet Rio Ferdinand-Nemanja Vidic yang berkontribusi pada 1122 menit tidak kebobolannya gawang Manchester United musim lalu yang menjadi rekor baru di liga Inggris dan rekor clean-sheet terlama Inggris Raya berdurasi 1212 menit.

John Terry sang bek terbaik Eropa 2009

Hmm, menarik untuk mencari tahu handicap Puyol-Ferdinand-Vidic sehingga kalah dari kapten Chelsea dan timnas Inggris tersebut.

Jelang MU vs Arsenal: Cesc Percobaan Formula Baru Wenger?

Kamis dini hari waktu Indonesia bagian barat Arsenal berhasil memastikan diri sebagai bagian dari 32 tim terbaik Eropa yang akan berlaga di ajang antarkampiun, UEFA Champions League 2009/2010. Menang 3-1 di Emirates berarti pasukan Arsene Wenger lolos ke babak grup dengan agregat 5-1 atas raksasa Skotlandia Glasgow Celtic. Hasil yang cukup menggambarkan bahwa William Gallas, dkk memiliki kualitas teknik yang lebih dari cukup untuk diperhitungkan sebagai calon kuat juara di berbagai kompetisi yang diikutinya, termasuk di liga Inggris. Dan pekan ini, tim London Utara tersebut akan menyambangi markas Manchester United, Old Trafford.

Arsenal & Kebijakan Manajernya yang Ekonom

Memasuki musim baru, Arsene Wenger masih keukeuh memegang prinsip lama dalam memanajeri Arsenal: bertumpu pada pemain muda dan mengutamakan produk akademi ketimbang membeli. Sebagai orang yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi, Wenger tahu betul bahwa prinsip membeli semurah mungkin untuk kemudian up-grade sehingga dapat dijual semahal mungkin berlaku untuk setiap aspek kehidupan, termasuk di sepakbola. Musim ini, Wenger melepas Emmanuel Adebayor & Kolo Toure. Semuanya ke Manchester City yang berani membayar masing-masing senilai 25 dan 16 juta poundsterling. Padahal beberapa tahun yang lalu, Arsenal hanya mengeluarkan 7 juta dan 200 ribu ketika mendatangkan keduanya.

Kebijakan yang sudah berlangsung selama 4 tahun terakhir tersebut memang menguntungkan secara finansial, namun tidak dalam hal prestasi. Terakhir kali Arsenal menjuarai kompetisi resmi adalah pada tahun 2005 di ajang piala FA. Pertandingan final itu adalah terakhir kalinya Arsenal dikapteni Patrick Vieira. Di musim 2005/2006, Vieira berganti kostum strip zebra Juventus, klub Italia yang bersedia menebus dirinya sekitar 15 juta poundsterling. Keputusan yang mendatangkan banyak laba karena The Gunners dulu hanya mengeluarkan 6,5 juta pounds untuk mentransfer gelandang Prancis tersebut dari AC Milan.

Piala FA 2005 diraih Arsenal di bawah pimpinan Patrick Vieira sebelum di jual ke Juventus

Penjualan tersebut sepertinya tidak berdampak apapun pada performa Arsenal bahkan potensial menjadi keputusan brilian (menjual pemain 'tua' dengan harga tinggi) karena berselang setahun kemudian Thierry Henry yang didapuk sebagai pengganti Vieira sukses mengkapteni teman-temannya ke final liga Champion. Sayang, Barcelona yang menjadi lawan mereka saat itu meluluhlantakan mimpi untuk membawa klub yang dibela untuk pertama kalinya menjadi jawara Eropa. Dan Henry, yang dulu didatangkan dari Juventus dengan harga 500 ribu pounds, akhirnya hanya 2 tahun mengemban tugas sebagai kapten karena setahun setelah final tersebut dirinya dilego ke klub rival, Barcelona, dengan bandrol 16 juta pounds.

Thierry Henry setahun sebelum menjadi rekan setim Samuel Eto'o di Barcelona

Dua kebijakan di masa lalu itu secara tidak langsung mencap Arsenal hanya sebagai klub 'pembibit' yang mematangkan pemain muda dan tak terkenal untuk dijual di masa depan ketimbang digunakan memperkuat tim agar berprestasi. Trofi bila memang akhirnya diraih hanya akan dianggap sebagai 'bonus'. Tak heran, memasuki BPL 09/10 Arsenal-lah yang diprediksi bakal tergusur dari The Big Four oleh Tottenham atau City yang memperkuat diri secara signifikan, ketimbang United, Chelsea, atau Liverpool.

Berusaha Menjungkirkan Prediksi

Nyatanya, hingga premiership berlangsung dua pekan, Arsenal justru menjadi tim tersubur dengan 9 gol yang berhasil mereka cetak dalam 2 gim. Jumlah itu melampaui raihan duet pemuncak klasemen sementara Tottenham dan Chelsea yang masing-masing mengoleksi 9 dan 7 gol dari 3 pertandingan yang sudah keduanya lewati. Padahal, dalam kurun waktu yang sama, Arsenal justru memainkan 1 gim lebih banyak dari kedua sesama klub London itu (Arsenal: 2 gim premiership + 2 gim kualifikasi liga Champions; Spurs & Chelsea hanya menjalani 3 gim premiership saja). Semua hasil itu pun diraih melalui permainan menyerang nan cantik!

Sabtu besok adalah saat yang tepat bagi anak-anak asuh Arsene Wenger membuktikan bahwa mayoritas pengamat yang memprediksi Gunners akan terlempar dari 4 besar klasemen akhir 09/10 keliru, ketika mereka bertandang ke markas juara bertahan, Manchester United.

Kurang dari 48 jam menjelang kick-off, Arsenal sedang berada pada tingkat kepercayaan diri dan mentalitas yang tinggi melihat rekor mereka dalam musim baru sejauh ini lebih baik dari tuan rumah. Kelelahan yang mereka alami pascamenekuk Glasgow Celtic Rabu kemarin dapat diabaikan melalui strategi rotasi pemain. Strategi yang terbukti mampu membawa mereka tampil konsisten karena tipisnya perbedaan pemain inti dengan para pelapisnya. Bila ada yang mengganggu persiapan maka itu adalah kepastian kondisi kapten sekaligus playmaker mereka, Cesc Fabregas yang mengalami cedera ketika memimpin timnya menekuk Porsmouth Sabtu yang baru lalu. Tetapi sejatinya Denilson, dkk tidak perlu khawatir walaupun Cesc tidak cukup fit untuk big-match tersebut karena mereka masih memiliki Andrei Arshavin dan Aaron Ramsey yang fasih memainkan peran sebagai pengatur permainan 'Gudang Peluru'. Jack Wilshere si anak ajaib yang belakangan mencuri perhatian publik Inggris juga bisa menjadi kartu As bila dibutuhkan.

Strategi Mengaburkan Strategi?

Yang kini harus diwaspadai 'Setan Merah' adalah kemungkinan taktik pengaburan strategi yang sedang dimainkan Arsene Wenger terkait spekulasi akan bermain-tidaknya Cesc Fabregas nanti. Dalam laga kontra Pompey Sabtu kemarin, Cesc Fabregas hanya bermain satu babak dan digantikan Aaron Ramsey karena cedera. Menurut hasil pemindaian Senin lalu yang dilansir Arsenal, cedera itu tidaklah parah. Fabregas hanya perlu beristirahat beberapa hari sebagai langkah pemulihan.

Meski dikatakan tidak bisa merumput vs Celtic karena masih dalam proses pemulihan, bisa jadi tenaga Fabregas memang disimpan untuk 'diledakkan' di Old Trafford. Fakta bahwa Arsenal hanya membutuhkan hasil seri atau kalah dengan selisih satu gol untuk melenggang ke fase grup liga Champions memperkuat dugaan tersebut. Opini Wenger bahwa partai play-off kualifikasi liga Champions lebih penting ketimbang bersiap menghadapi MU di premiership akhirnya hanya terdengar sebagai alibi. Strategi seperti ini bukan hal baru dalam sepakbola, tapi tetap saja mematikan. Dan akan makin berbahaya bila otak encer Wenger dapat menemukan formula untuk mengkamuflasenya sehalus mungkin.

Kecerdasan Wenger kembali menelurkan ide segar utk memenangkan trofi bagi Arsenal?

Bila benar ide-ide seperti itu akan digunakan oleh Arsene Wenger musim ini, setiap tim harus mewaspadai pria Prancis yang satu ini. Karena itu berarti bahwa Wenger sudah menyadari bahwa dalam makin ketat & transparannya kompetisi masa kini, hampir mustahil mengandalkan kualitas teknis anak-anak muda semata untuk menjadi juara. Perlu kekuatan non-teknis yang digunakan agar, meskipun tidak mendongkrak kualitas timnya, tapi mampu memecah konsentrasi persiapan tim calon lawan.

Dan kalau Wenger dapat memaksimalkan kecerdikannya berimprovisais dengan ide-ide macam itu, hati-hati...Arsenal siap menusuk dari belakang setiap analisa yang meremehkan mereka!

Tuesday, August 25, 2009

Bawa Metzelder Aja, Gill!

Saat ini David Gill banyak diberitakan media sedang berada di Ibukota Spanyol dan sedang dalam tahap negosiasi dengan Real Madrid untuk mendapatkan winger Belanda Arjen Robben. Awalnya United menawarkan 20 juta poundsterling, tp kini meningkat di range 25-30 juta karena ikut masuknya proposal dari Manchester City untuk mantan pemain Chelsea dan PSV Eindhoven tersebut. Keputusan kembali ke pasar transfer muncul setelah MU ditekuk klub promosi Burnley Rabu minggu kemarin. Keputusan yang tepat atau semata respon emosional terhadap reaksi fans yang tidak puas dengan kekalahan tersebut?

Sayap sudah Cukup Kuat

Arjen Robben adalah salah satu penyerang sayap terbaik dunia. Kemampuannya sangat tidak kalah dengan nama-nama seperti Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, atau Frank Ribery. Prestasi menjuarai 3 liga utama Eropa dan piala-piala bergengsi lainnya adalah representasi dari kemampuan olah bolanya yang mumpuni. Sebelum bergabung dengan Chelsea dulu Robben sudah sangat dekat menuju Old Trafford. Namun, ketidaksenangan sang ayah terhadap pendekatan yang dilakukan Sir Alex membuat andalan timnas Belanda itu urung mengenakan seragam merah kebanggaan United. Fakta yang membuktikan bahwa dirinya memiliki kualitas yang memenuhi standar untuk bermain di bawah Fergie. Hanya, gelandang yang punya tendangan kencang tersebut relatif rentan cedera, handicap yang menghalanginya menjadi yang terbaik di dunia selama ini.

Arjen Robben, incaran lama tapi baru United

United sendiri pascahengkanya Cristiano Ronaldo sudah mendatangkan Antonio Valencia sebagai pengganti. Pemain Ekuador itu juga sejauh ini juga telah sukses membuktikan kapasitas dirinya. Bila di kanan ada Valencia, United bisa mengandalkan Nani di sisi kiri. Perubahan gaya main 'Setan Merah' untuk tidak menuntut para winger masuk menusuk ke kotak penalti akan memberi peluang Nani untuk bersinar musim ini. Dulu, selama masih ada Ronaldo yang memang sangat bagus dalam melakukan penetrasi dari sayap ke daerah rawan lawan, Nani seakan 'dipaksa' untuk mengimitasi gaya kompatriotnya itu. Apalagi ketika didatangkan United Nani mendapatkan julukan The Next Ronaldo. Padahal, dengan postur yang relatif lebih mungil, sulit bagi Nani untuk menerobos bek-bek klub Premiership yang rata-rata tinggi besar seperti yang biasa Ronaldo lakukan.


Selebrasi akrobatik ini niscaya akan sering terlihat jika Nani sukses menjawab kepercayaan yang memang layak didapatnya.

Valencia dan Nani dapat dikombinasi dengan Park Ji-Sung untuk menempati posisi sayap dalam setiap starting line-up yang disesuaikan dengan gaya bermain tiap-tiap calon lawan. Park sendiri selama ini established karena permainannya yang gigih dan pantang menyerah, serta memiliki stamina yang luar biasa. Patut dinanti juga penampilan 2 sayap muda pendatang baru: Gabriel Obertan di awal musim dan Adem Llaijc ketika kompetisi sudah setengah jalan kelak. Dengan beberapa pemain seperti Rooney, Welbeck, Giggs, Fletcher, Gibson atau bahkan Evra, dan Da Silva bersaudara dapat juga diinstruksikan bermain melebar di depan, kebutuhan United akan pemain yang mampu menyuplai bola dari kedua flank pada striker kembar sebenarnya sudah memenuhi syarat kuantitatif. Yang perlu dilakukan adalah mengenali dan mempertajam kemampuan para pemain tersebut secara spesifik untuk kemudian dipilih yang paling sesuai dengan strategi yang akan dipakai dan karakter tim yang akan dihadapi.

Jadi, pembelian Arjen Robben, meski berprospek cerah (bila tidak terlalu sering cedera), berpotensi mendatangkan kekecewaan pada pemain seperti Nani & Park yang sangat berharap mendapat berkah dari kepergian Ronaldo. Apalagi United juga sudah mengeluarkan 20 juta poundsterling untuk Valencia dan Obertan.

Antisipasi Krisis Bek

Skuad MU menjelang penutupan transfer musim panas ini sesungguhnya sudah cukup meyakinkan sehingga keputusan Sir Alex untuk keluar dari pasar pemain sangat bisa dimaklumi. Hanya saja, bila memang ingin menambah personil dari luar, lini belakanglah yang justru terlihat mudah goyah. Baru pulihnya Gary Neville dan Wes Brown serta masih berkutatnya Rio Ferdinand dan Rafael di ruang phsyo membuat United harus menunggu lebih lama untuk menentukan komposisi back-four utama musim ini. Belum lagi Nemanja Vidic yang terancam hukuman larangan bermain 3 partai karena tertangkap kamera menampar striker Wigan ketika MU menang 5-0 atas klub tersebut sabtu yang lalu, serta fakta harus naiknya Johny Evans ke meja operasi. Ini jelas tidak ideal dalam menghadapi kampanye di 4 kompetisi yang melibatkan tim-tim yang semakin kuat.

Karena itu, kalau memang benar kepergian David Gill ke Madrid untuk menawar Robben karena khawatir akan daya dobrak United yang tumpul seperti ketika melawan Burnley, maka alasan tersebut dengan sendirinya sudah dianulir lewat kemenangan besar beberapa hari kemudian di DW Stadium. Dan agar kunjungan Gill ke Santiago Bernabeu tidak sia-sia, tidak ada salahnya kalau Chief Executive 'Setan Merah' itu menanyakan kemungkinan untuk membawa serta Christoph Metzelder baik berstatus tetap atau hanya pinjaman satu atau setengah musim keluar dari Madrid. Bek tengah berkewarganegaraan Jerman itu jarang mendapat kesempatan bermain selama menghuni kandang Les Merengues. Selain faktor cedera, tangguhnya duet Cannavaro-Pepe di depan Iker Casilas memposisikan Metzelder hanya sebagai pilihan ketiga. Bahkan bek bertinggi tubuh 193 cm itu sering kalah bersaing dengan Gabriel Heinze, ex-wing-back kiri United.

Menjelang musim baru, prospek bermain Metzelder pun tidak terlalu cerah. Meski Cannavaro dan Heinze sudah dilego, tapi Madrid juga baru membeli Raul Albiol. Metzelder sepertinya akan kembali menjalani peran sebagai pelapis duet utama yang musim ini sepertinya akan diberikan pada Pepe-Albiol. Itu pun kalau bek andalan Der Panzer tersebut tidak tenggelam oleh performa Ezequel Garay, bek muda tangguh yang baru kembali dari masa peminjaman.

Christoph Metzelder bisa menutup lobang yang ditinggal cedera beberapa bek United

Kedatangan Christoph Metzelder akan menjadi solusi praktis terhadap kepelikan masalah yang dihadapi lini pertahanan United akhir-akhir ini. Meski harus diakui keputusan mendatangkan pemain Jerman itu akan menyunat kesempatan bek-bek produk akademi MU seperti James Chester atau Craig Cathcart untuk berpromosi ke tim utama musim ini. Dua nama yang sebenarnya layak diberikan kesempatan bila Sir Alex Ferguson akhirnya memang tak tertarik untuk mendatangkan Metzelder atau bek-bek tengah senior lainnya.

Monday, August 24, 2009

Selebrasi tak Biasa Berba & Berlebihan Owen

Ada yang tak biasa yang dilakukan Dimitar Berbatov usai mencetak gol ke dua MU ke gawang Wigan pd gim ke-3 BPL 09/10 Sabtu kemarin. Striker Bulgaria yang selama ini bersikap 'seperti tidak terjadi apa-apa' usai bikin gol itu kemarin begitu emosional meluapkan kegembiraannya; berlari-lari ke arah suporter sembari berteriak dan mengayun-ayunkan kedua tangannya ke atas-ke bawah.

Entah apa yang memicu DB9 bertingkah seperti itu. Tp besar kemungkinan karena dia mencetak gol tersebut dengan cara yang eksepsional:

Berba me-chip bola umpan melewati Kirkland sesaat sebelum kiper Wigan tersebut berhasil mengamankannya...

..kemudian sembari bersalto, DB9 mem-volley bola 'tipis' saja, bukan langsung ke arah gawang lawan tetapi memantulkannya ke tanah terlebih dahulu...


..teknik yang terbukti brilian untuk menghindarkan bola dari hadangan postur kecil Figueroa, bek yang berinisiatif menggantikan Kirkland di bawah gawang setelah sang kiper maju menyongsong umpan kepada Berba sebelumnya.

Dan Berba merayakan gol itu lebih heboh dari kebiasaannya selama ini.

Atau bisa jadi DB9 begitu emosional karena gol tersebut otomatis membungkam kritik yang banyak dialamatkan pada United pascakekalahan di kandang Burnley pertengahan minggu kemarin.

Yang menarik, beberapa saat setelah selebrasi itu, kamera televisi menyorot close-up wajah Michael Owen yang malam itu didudukkan di bangku cadangan. Memantik api persaingan mengingat kedua striker memang 'hanya' diplot untuk bergantian mendampingi Wayne Rooney sebagai ujung tombak kembar musim ini, dan menjelang tandang ke Wigan keduanya belum mencetak sebiji gol pun? Yang jelas, Owen merespon 'tantangan' tersebut dengan sebuah gol beberapa saat setelah dirinya masuk menggantikan Rooney. Gol yang membuktikan insting maut yang masih dia miliki tersebut juga mendapat perayaan yang sedikit berlebihan dari sang kreator, mengingat sebelum gol tersebut tercipta MU sudah unggul 3-0.

Kegembiraan berlebihan karena merayakan gol pertama? Hmm...

Thursday, August 20, 2009

Imbas Tanpa CR7 Sudah Terasa di Pekan ke-2

Dalam tiga tahun terakhir, Cristiano Ronaldo jelas adalah aktor utama mengalirnya trofi demi trofi ke Old Trafford. Kepergian sang bintang musim ini tak terhindarkan lagi. Selain harga tinggi yang disodorkan Madrid, Ronaldo pun ditengarai sudah lama mengintip pintu keluar. Liga Spanyol rupanya sudah sejak dulu dia idam-idamkan. Buat apa menahan pemain dengan motivasi seperti itu, terutama karena memang tidak ada pemain yang lebih besar dari Manchester United!

Untuk menutupi kepergiannya (plus Tevez yang juga hijrah ke Manchester City), Sir Alex sebenarnya sudah melakukan pembelian yang 'memadai'. Kedatangan Valencia, Owen dan Obertan di awal musim serta akan mendaratnya 2 bintang muda (Adem Llajic dan Biram Diouf) pada Januari 2010 adalah alasan kenapa United harus tetap yakin mampu merebut gelar liga ke-19 sepanjang sejarahnya.

Apa boleh buat, ketidakhadiran Ronaldo sudah membuat United menelan kekalahan di partai ke-dua. Banjir cedera mungkin menjadi alasan kekalahan yang banyak diperbincangkan media. Tapi, bila mengetahui bahwa dalam pertandingan tersebut United gagal mencetak gol dari titik putih, mayoritas orang akan berharap: coba masih ada Ronaldo!

Carrick gagal dalam kesempatan pertamanya menggantikan CR7 mengalgojoi penalti yang diperoleh United

Mencetak Gol dengan Berbagai Cara

Ronaldo sendirian memimpin daftar pencetak gol MU dalam 2 musim terakhir dan mencetak jumlah gol yang sama dengan Rooney untuk menjadi top-scorer kembar klub semusim sebelumnya. Ketergantungan United pada Ronaldo memang terlalu tinggi dan itu tidak dapat langsung tergantikan dengan mendatangkan pemain-pemain baru.

Ronaldo; Jago mencetak gol dalam open-play maupun set-pieces

Ronaldo adalah predator, di mana pun pria Portugal itu di mainkan. Itu karena dia memiliki atribut sangat lengkap yang membuatnya sangat berbahaya bila berada di lapangan. Dalam open-play, Ronaldo dipersenjatai dengan kecepatan dan bejibun trik untuk mengelabui pemain-pemain bertahan lawan. Ketika mendapatkan set-piece, United pun kerap dihadiahi gol olehnya, baik itu melalui tendangan bebas, tendangan penalti maupun tendangan sudut. Kemampuan-kemampuan tersebut menjadi tanpa ampun karena Ronaldo dianugerahi kedua kaki yang 'hidup' serta kepala yang 'tajam' sebagai mata tombak lompatan tingginya ketika menyambut bola-bola udara.

Dan ketika melawan Burnley Rabu kemarin, kemampuannya mengeksekusi penalti menjadi sangat dirindukan.

Tentu United Bisa, tapi Mulai Kapan?

Bukan musim ini saja United bermain tanpa pemain yang sangat berpengaruh di musim-musim sebelumnya. Dan seperti saat-saat itu, United pasti bisa menggantikan pengaruh Ronaldo pada performa tim di musim ini dan musim-musim selanjutnya.

Ada beberapa pemain yang dimiliki MU saat ini yang meski dalam level berbeda dapat diandalkan untuk mengambil alih peran Ronaldo. Untuk open-play, dinamika permainan Ronaldo sesungguhnya bisa diimpersonatorikan oleh Rooney. Tapi tampaknya musim ini Sir Alex lebih menginstruksikan meminimalisir tusukan dari sayap langsung ke kotak penalti dan mengikuti keinginan Rooney untuk menjadi penyerang tengah ke dua. Okelah, meski memerlukan waktu transisi, perubahan seperti ini memang diperlukan karena lawan pasti mudah membaca permainan United yang sudah diterapkan beberapa musim terakhir.

Yang jadi masalah adalah ketika United mendapat hadiah tendangan bebas atau penalti. Ryan Giggs memang lumayan fasih mengeksekusi tendangan bebas dan penalti, juga Scholes yang tendangan kerasnya bisa diandalkan menyepak bola dari titik putih; tapi usia tidak memungkinkan mereka selalu bermain. Adalagi Owen Hargreaves yang ketika masih fit dipercaya menggilir bola tendangan bebas dengan Ronaldo dan Giggs. Tapi Hargo diprediksi baru akan siap bermain secepat-cepatnya pada akhir tahun 2009. Bahkan, bila tak kunjung menunjukkan perkembangan positip, pemain kelahiran Kanada itu sudah siap mengakhiri karirnya secara dini.

Yang paling mungkin dilakukan adalah melatih pemain-pemain tersisa (yang berusia muda) agar bisa diandalkan untuk mengoptimalkan peluang bola mati yang dihadiahkan wasit. Potensi besar ada pada diri Anderson dan Zoran Tosic. Anderson sudah membuktikan dirinya layak dipercaya mengeksekusi free-kick, terutama yang diperoleh di sisi kiri jauh gawang lawan seperti yang diperolehnya ketika melawan Boca Juniors di Audi Cup 2009. Sejauh ini pun Anderson belum pernah gagal melaksanakan porsinya dalam adu penalti yang harus dilakoni United.

Kemampuan Tosic untuk set-piece juga termasuk eksepsional sebenarnya. Tendangan keras nan paraboliknya sering membobol gawang lawan Partizan Belgrade, klubnya sebelum United. Sayang, seperti juga Anderson, Tosic masih harus berusaha keras untuk selalu masuk starting-eleven pilihan SAF.
Gelar Juara bisa Pindah Tangan karena Bola Mati

Kualitas individu Ronaldo dalam sistem permainan memang bisa digantikan dengan kolektivitas tim. Tapi kegagalan mengeksekusi bola mati bisa menentukan perbedaan tim satu dengan lainnya dalam klasemen.

Contoh paling dekat ada dalam gim pembuka musim, ketika Chelsea berhasil menyamakan keunggulan Hull City dengan tendangan bebas Drogba untuk kemudian memenangi pertandingan dengan satu gol tambahan di ujung pertandingan. Pada pertandingan tengah minggu yang dilaksanakan sehari sebelum United bertandang ke Burnley pun Chelsea membalikkan keunggulan Sunderland melalui eksekusi penalti Frank Lampard. Hasilnya, Chelsea kini hanya kalah produktivitas gol dengan Tottenham yang bertengger di puncak klasemen sementara ketika United harus puas berada di tangga ke-10.

No Excuse, Please...

Dalam kampanye juara dua musim terakhir, MU memang selalu terseok-seok dahulu di awal musim. Tapi itu tidak bisa menjadi pembenaran ketidakmampuan pasukan 'Setan Merah' menaklukan klub promosi sekelas Burnley, meski klub yang markasnya hanya berjarak 33 km dari Old Trafford tersebut dikenal sebagai pembunuh raksasa merujuk kesuksesan mereka melaju hingga semifinal FA Cup musim lalu pasca menekuk Arsenal dan Chelsea. Sir Alex sendiri mengakui United bermain buruk meski mendominasi penguasaan bola. Dan untuk pertandingan seperti itu, detil-detil kecil seperti penalti kerap berperan masif menentukan skor akhir.

CR7 sudah menjadi CR9. United harus segera mencari pengganti peran-peran yang biasa dilakukannya.

Bek serba bisa John O'Shea pun sudah mengutarakan keinginannya untuk langsung tancap gas sejak awal. Alasannya jelas: kekuatan tim liga primer kini kian merata dan sudah tidak adanya lagi CR7 yang memiliki kemampuan untuk merubah keadaan. Sayang, MU kembali terseok dan harus menemukan 'sosok' pengganti pemain yang kini berjuluk CR9 itu. Tak peduli apakah 'sosok' tersebut menjelma dalam bentuk skema permainan tim yang lebih tajam atau individu tertentu. Yang penting, bisa diandalkan untuk mencetak gol terutama saat dibutuhkan!

Monday, August 10, 2009

Liga Inggris 09/10 Sudah Dibuka!

Akhirnya, liga sepakbola paling populer sejagad akan bergulir lagi. Bak sebuah panggung teater, tirai yang menutupi segala persiapan telah di buka pada 9 Agustus lalu. Tak tanggung-tanggung, pengereknya adalah dua titan yang diyakini akan menjadi aktor utama penghibur jutaan pasang mata hingga kelak ditutup kembali pada Mei 2010.

Titan pertama adalah juara bertahan Manchester United yang dinanti penampilannya setelah ditinggal dua pemain terbaiknya, Cristiano Ronaldo ke Real Madrid dan Carlos Tevez ke Manchester City.

Titan ke dua datang dari kota London, Chelsea FC! Juara piala FA 2008/2009 tersebut diyakini akan menjadi kandidat utama menjuarai liga Inggris 2009/2010 menyusul datangnya pelatih hebat Italia, Carlo Ancelotti.

United kembali Berival Utama Chelsea?

Hingga hari ini, kedua klub bisa dibilang menempati pole position dalam perburuan trofi liga primer bila dilihat dari aktifitas transfer. Chelsea menempati urutan teratas karena sudah mendatangkan 3 pemain baru tapi belum melepas seorang pun. Asumsinya, bila dengan skuad musim lalu saja mereka dapat bertengger di rangking tiga, tentu kekuatan mereka akan semakin dahsyat dengan tambahan tiga pemain baru tersebut. Belum lagi nama-nama beken seperti Shevchenko dan Pizarro yang kembali dari klub peminjam. Terbukti, dalam 'Community Shield' yang didapuk sebagai curtain raiser liga Inggris hari minggu yang baru lalu, pasukan biru London tersebut mampu mengalahkan Manchester United melalui adu penalti setelah berhasil menahan sang Juara musim lalu tersebut 2-2 dalam 90 menit sebelumnya.

Menjuarai Carling Cup 2009, Chelsea diyakini akan kembali menjadi rival utama MU di musim 09/10

Manchester United sendiri diprediksi akan menjadi kekuatan yang paling berpotensi menyaingi Chelski melihat (akan) berkurangnya soliditas lini tengah Liverpool setelah ditinggal Xabi Alonso serta (akan) kembalinya Arsenal ke masa transisi pascahengkangnya pemain kunci mereka: Emanuelle Adebayor dan Kolo Toure. Kedatangan trio Valencia-Owen-Obertan menggantikan CR7 dan Tevez dipercaya akan memberi dampak lebih baik ketimbang pembelian Glenn Johnson dan Alberto Aquilani oleh Liverpool untuk menggantikan Alvaro Arbeloa dan Xabi Alonso yang hijrah ke Santiago Bernabeu. Arsenal sendiri sampai saat ini baru membeli bek Belgia berusia 23 tahun, Thomas Vermaelen untuk menggantikan Toure dan tampak akan lebih memaksimalkan para young gunners ketimbang membeli pengganti Adebayor. Bila tidak sesegera mungkin melewati masa transisi tersebut, bukan tidak mungkin posisi klub asuhan Arsene Wenger tersebut di empat besar klasemen akhir musim akan digantikan klub-klub semodel Manchester City, Tottenham Hotspur, Aston Villa atau Everton.

Adu Penalti Selanjutnya untuk Kuszczak!

Sejak memenangi adu penalti versus Tottenham Hotspur di final Piala Liga 2008/2009, Manchester United sudah menjalani 3 drama tos-tosan lagi yang semuanya berakhir dengan kekalahan.

Pertama, Ben Foster gagal mengulangi kegemilangannya di final Piala Liga pada laga semifinal FA Cup 2008/2009 kontra Everton yang harus diselesaikan melalui adu penalti. Selanjutnya, dalam partai final Audi Cup versus Bayern Munich yang baru lalu, van der Sar tidak mampu berbuat sehebat yang dilakukannya pada final liga Champion 2008. Terakhir tentu saja pada hari minggu kemarin ketika lagi-lagi Ben Foster sukses dipecundangi oleh para eksekutor lawan. Memang tidak di kejuaraan mayor, tapi status juara tetap akan mendatangkan kebanggaan yang sangat efektif dalam mengangkat moral pemain.

Kembali semifinal FA Cup 2008/2009, saya sebenarnya berharap Tomasz Kuszczak yang akan berada di bawah mistar karena Ben Foster sudah mendapat 'jatah' rotasi yang maksimal pada ajang Piala Liga. Tapi saya bisa memaklumi ketika Sir Alex akhirnya memasang Foster sebagai shot-stopper. Tentu saja karena aksi-aksinya telah terbukti menambah koleksi lemari trofi Old Trafford.

Sementara di final Audi Cup 2009 van der Sar memang sudah semestinya menjaga gawang MU karena dia adalah kiper utama dan lawan yang dihadapi adalah raksasa Eropa. Tapi ketika penjaga gawang asal Belanda tersebut dinyatakan tidak dapat tampil melawan Chelsea di Community Shield, seharusnya Sir Alex memprioritaskan Kuszczak untuk menggantikannya. Alasannya tentu karena Ben Foster sudah mendapatkan kesempatan di dua pertandingan yang menentukan seperti tertulis di atas. Selain itu, Foster juga telah gagal memenangkan MU pada kesempatan terakhir.

Jadi, kini tidak ada alasan lain. Di masa depan, ketika akan menjalani partai menentukan di kompetisi minor yang berpotensi diakhiri dengan adu penalti, Kuszczak patut diutamakan bila tidak cedera. Kiper memang bukan unsur penentu satu-satunya dalam adu penalti, penampilan eksekutor juga memegang peran signifikan. Tetapi drama adu penalti adalah arena bagi para penjaga gawang menunjukkan nilai plusnya yang jarang terekspos dalam waktu normal.

Kuszczak harus mendapat porsi bermain seadil yang diperoleh Ben Foster

Karena itu, dengan Foster sudah menjalani banyak partai krusial sebelumnya, akan adil bila Kuszczak lebih diprioritaskan. Kecuali, bila Foster memang dipersiapkan menjadi penjaga gawang utama United menggantikan van der Sar yang akan gantung sarung tangan di akhir musim 09/10 seperti yang sering didengung-dengungkan. Bila benar begitu, sungguh amat disayangkan melihat potensi besar Kuszczak. Seharusnya, kompetisi memperebutkan kaos nomor punggung 1 di United diciptakan sealami mungkin sehingga kedua kandidat dapat mengeluarkan kemampuannya secara optimal tanpa terganggu hal-hal yang sifatnya non-teknis. Dengan begitu, di akhir musim, Manchester United akan mendapatkan pengganti Edwin van der Sar yang terpilih semata karena keunggulan teknis.

Berkewarganegaraan Inggris bukan berarti Foster harus diistimewakan.