Friday, July 31, 2009

Bayern Munich Juarai Audi Cup


Louis van Gaal berhasil membuktikan bahwa metode kepelatihannya lebih efektif untuk mendatangkan gelar juara ketimbang strategi Juergen Klinsmann yang memang masih hijau dalam dunia kepelatihan sepakbola. Meski hanya sebatas kejuaraan eksebisi, trofi Audi Cup sudah cukup menunjukkan kapasitas dirinya yang musim lalu sukses membawa AJ Alkmaar menjuarai liga Belanda mengungguli klub-klub yang secara tradisional lebih mapan seperti Ajax, PSV, dan Feyenoord.

Di partai final tersebut, Muenchen menunjukkan determinasi permainan yang konstan sepanjang 90 menit dilanjutkan kekuatan mental baja khas tim-tim Jerman dalam tos-tosan penalti melawan Manchester United. Meski kehilangan Lucio di jantung pertahanan dan berpotensi ditinggal pemain terpentingnya Franck Ribery (kabar terbaru, si Prancis justru mendapat penawaran teranyar dari klub rival di final tersebut sebesar 35 juta pounds), Mark van Bommel, cs terlihat siap untuk mengarungi musim 2009/2010 yang akan dimulai Sabtu ini. Martin Demichelis dan kemudian digantikan Daniel van Buyten menunjukkan kemampuan diri mereka dapat dengan sempurna menutup kepergian kapten Brazil ketika menjuarai piala Konfederasi 2009 ke Inter Milan. Hanya saja, Demichelis bermain terlalu berlebihan, ketika menghentikan laju Michael Owen yang mendapat umpan terobosan ciamik dari Paul Scholes. Bila saja bukan partai eksibisi, aksi Demichelis tersebut layak untuk mendapatkan hukuman kartu dan bukan tidak mungkin diusir keluar lapangan.

Tekel berbahaya yang bisa saja membuat Michael Owen kembali menghuni ruang perawatan, tempat yang sangat kerap disambanginya dalam beberapa tahun terakhir ini. Untungnya tidak!

Tentang Audi Cup

Audi Cup adalah sebuah turnamen persahabatan yang hanya berlangsung dua hari (29-30 Juli 2009) dengan mengambil Allianz Arena di kota Munich, Jerman -kandang Bayern Muenchen- sebagai venue. Selain Muenchen sebagai tuan rumah, Audi juga mengundang AC Milan, Manchester United, dan Boca Juniors untuk meramaikan hajat perayaan 100 tahun berkiprahnya mereka di kancah otomotif dunia.

Gelaran itu sendiri adalah puncak dari serangkaian kegiatan lain di seluruh dunia yang diadakan oleh agen-agen tunggal pemegang merek Audi masing-masing negara. Di tanah air, PT Garuda Mataram Motor (GMM) selaku Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) Audi di Indonesia telah mengawali perayaan tersebut dengan menggelar pameran bertema 100 tahun Audi di Senayan City dari tanggal 21 April hingga 10 Mei 2009 lalu. Di acara itu dipamerkan seluruh jajaran Audi yang dipasarkan di Indonesia.

Selain pameran, GMM juga menggelar acara Audi 100th media gathering dalam rangka berbagi informasi kepada media, serta lomba esai foto dengan tema 'Indonesian Heritage' dengan hadiah total puluhan juta rupiah. Karya-karya para pemenang kemudian dipajang di Indonesian International Motor Show (IIMS) ke-17 yang berlangsung dari tanggal 24 Juli hingga 2 Agustus 2009 di Jakarta International Expo Pekan Raya Jakarta. Di ajang IIMS itu sendiri, nuansa tema 100 tahun Audi sangat terasa menyemarakkan stan GMM.

Rangkaian panjang kegiatan GMM tersebut akan diakhiri dengan turnamen golf amatir bertaraf internasional, Audi Quattro Cup Indonesia pada 16 Agustus di Jakarta yang merupakan bagian dari rangkaian kompetisi Audi Quattro Cup 2009 yang finalnya akan dilangsungkan di New South Wales Golf Club, Sydney, Australia 14-18 Desember mendatang.

Tahun lalu, pasangan bapak-anak David dan Ervan Purnama yang menjuarai Audi Quattro Cup Indonesia 2008 berhasil merebut juara pertama Grup B di ajang Audi Quattro Cup World Final 2008 yang digelar di Abama Resort, Tenerife Island, Spanyol yang berlangsung pada 17-21 Oktober 2008.

Warning untuk Milan

Posisi juru kunci Audi Cup yang didapat AC Milan karena kalah adu penalti dari Boca Juniors harus menjadi peringatan serius bagi klub Italia tersebut. Maklum, selain pada pertandingan sebelumnya dibantai 4-1 oleh Bayern Muenchen, Milan pun baru pulang dari turnya di Amerika Serikat dengan tertunduk malu lantaran dipecundangi oleh Chelsea, Inter Milan serta Club America. Apalagi, dua saingan terberat Milan di Serie A, Juventus dan Internazionale sukses memperkuat tim dengan kualitas mentereng.

Ketajaman AC Milan seperti terpangkas hampir setengahnya sejak ditinggal hengkang Kaka ke Madrid. Usaha mendatangkan bintang baru terhalang minimnya dana karena bahkan uang hasil penjualan Kaka pun sudah ludes untuk membayar hutang. Mungkin kini hanya Clerence Seedorf dan Pippo Inzaghi yang bisa sepenuhnya diandalkan melihat kebintangan Ronaldinho masih terhalang oleh kepribadiannya yang payah, serta belum dewasanya permainan Pato. Tapi, mengingat usia mereka yang sudah mendekati senja, sulit mengharapkan para veteran tersebut tampil konstan 90 menit setiap minggunya.

Mau tidak mau, bujet lebih harus dikeluarkan untuk mendatangkan paling tidak seorang lagi attacante kelas wahid. Nama-nama seperti Luis Fabiano dan Klaas Jan Huntelaar sebenarnya bisa saja sesegera mungkin mengenakan kaos merah-hitam Rossoneri. Syaratnya hanya satu: Silvio Berlusconi dan Adriano Galliani jangan terlalu pelit membelanjakan uangnya. Bila tidak, jangankan mengikuti jejak gemilang Pep Guardiola yang langsung meraih triplete di tahun pertamanya melatih, Leonardo bisa menjadi pelatih klub Serie A pertama yang harus meninggalkan kursi komandonya di musim 2009/2010!

Louis Fabiano (atas) atau Jan Klaas Huntelaar (bawah): Tunggu Milan sedikit Royal




Thursday, July 30, 2009

Anderson..son..son...

Hehe, seneng juga melihat Anderson mencetak gol non-penalti pertamanya buat MU. Dia berbakat, anak muda yang percaya diri, enerjik, cepat, agilitasnya tinggi, punya tendangan geledek, dulu bahkan disebut-sebut sebagai The New Ronaldinho. Tapi entah kenapa, sulit sekali buat dia mencetak gol. Golnya lawan Boca pun lahir lewat set-piece tendangan bebas, bukan open-play.

Masalahnya dia memang hanya kuat di kaki kiri saja, sehingga ketika ada kesempatan bikin gol, secara naluriah dia akan menendang bola dengan kaki kiri, padahal kaki kanannya ada di posisi yang lebih ideal. Meski cuma butuh sepersekian detik untuk mengubah kaki, itu sudah cukup bagi lawan untuk menutup ruang tembaknya.

Strategi Sir Alex menempatkan Anderson lebih ke dalam (sentral lapangan) adalah sebab lainnya. Dia lebih berkonsentrasi membangun permainan atau menutup pergerakan serangan lawan ketimbang mencetak gol. Anderson memang punya energi yang luber untuk melakukan itu. Nafasnya kuda, tenaganya badak!

Anyway, I'm very happy for that 1st gol, my man...!

Gaya Anderson menyepak bola yang kemudian menjadi gol pertamanya buat MU di waktu normal.

Entah karena terlalu gembira atau tak menyangka usahanya berhasil, Anders salah tingkah merayakan gol tersebut.

Monday, July 27, 2009

Manchester United Target Utama Bom 17 Juli 2009?

Kekecewaan terbesar fans United tanah air dalam sepuluh hari terakhir tentu adalah melayangnya kesempatan menyaksikan langsung Sir Alex Ferguson mengkomandoi permainan 'Setan Merah' di Gelora Bung Karno. Seorang sahabat saya bahkan berinisiatif untuk menjadikan momen ini untuk bereuni dengan teman-teman lamanya di Jakarta. Maklum, dia kini menetap di daerah dan sangat ingin bertemu teman-teman semasa kuliah dulu yang kini tinggal & bekerja di Ibukota. Apa boleh buat, keputusan batal itu lebih baik ketimbang montase gambar iklan yang saya ambil dari sebuah forum online ini jadi kenyataan:

Teror bom di Indonesia kini memang sudah menjadi cerita klasik, tak mengejutkan lagi. Ini juga yang mungkin menjadi salah satu pertimbangan manajemen Manchester United untuk bertandang ke tanah air, sehingga baru pada tahun 2009 memutuskan untuk datang. Padahal, jumlah fans United di Indonesia adalah ketiga terbesar di Asia setelah China & Korea. Bahkan sesungguhnya, fans-fans di Indonesia adalah yang paling 'tulus' karena menggemari 'Setan Merah' tanpa alasan premordial seperti halnya banyak fans dari China & Korea yang jatuh cinta pada tim asal Inggris tersebut karena MU sempat memiliki striker China Dong Fang Zhou dan kini masih diperkuat gelandang enerjik Korea Selatan, Park Ji-Sung.

Terorisme & Islam Radikal

Sebuah organisasi Islam bernama Jamaah Islamiyah (JI) disebut-sebut sebagai kelompok yang mendalangi berbagai aksi teror bom di Indonesia sejak tahun 2000. Uniknya, barbarisme tersebut justru memecah belah organisasi yang sudah dicap terlarang oleh pemerintah negara tempat didirikannya, Malaysia. Beberapa menolak perjuangan dengan cara tersebut, yang lain mendukung. Noordin M. Top adalah salah satu anggota yang pro. Dia kini diyakini kuat berada di balik tragedi yang menewaskan 9 orang dan merugikan panitia milyaran rupiah pada 17 Juli kemarin. Lalu, apa motifnya dan benarkah Manchester United adalah target utama para teroris itu?

Sketsa wajah terbaru Noordin M. Top

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia sehingga sangat mengherankan bagi para pemeluk fanatiknya bila Syariat Islam tidak diterapkan di sini. Terlebih lagi ada wacana yang berkembang secara global bahwa Asia Tenggara akan menjadi wilayah didirikannya Khilafah Islam selanjutnya dengan menggabungkan negara-negara di wilayah tersebut. Dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa dan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia adalah potensi yang menggiurkan untuk menjadi elemen penting bagi pusat kekuatan kekhilafahan. Dengan Islam kini berkembang menjadi ideologi anti Amerika-Liberalis menggantikan Uni Soviet-Sosialis dan diyakini akan berhadapan head-to-head di masa depan, segelintir fanatik menempuh jalur ekstrim agar kekhilafahan tersebut bisa segera terbentuk. Apalagi bila melihat bagaimana mayoritas negara di jazirah Arab di mana Islam berasal terlihat seperti macan ompong ketika berhadapan dengan Amerika yang menjadi pengawal setia Israel dalam konflik Timur-Tengah.

Jadi jelas, musuh para ekstrimis itu adalah segala sesuatu yang bertautan dengan Amerika, Israel (negara Yahudi), dan tentu saja para Kafir (non-muslim). Apakah Manchester United termasuk dalam kategori tersebut adalah hal yang menarik untuk ditelusuri.

Klub Inggris paling Amerika

Manchester United adalah klub sepakbola asal Inggris, negara yang selama ini sangat welcome dengan Islam di mana agama tersebut berkembang pesat di sana dalam beberapa dekade terakhir. Meski Inggris juga adalah negara utama bagi para murtadin dan para pelanggar Syariat di negara-negara Islam mencari suaka, ini tidak membuat mayoritas orang percaya bahwa keinggrisan seseorang atau sesuatu dapat menjadikan orang atau sesuatu tersebut sebagai target ekstrimis seperti Noordin.

Dari latar belakang tradisional memang kecil kemungkinannya MU dijadikan target utama. Tapi akan berbeda halnya bila sudut pandang dialihkan pada perkembangan klub tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

Nike Gantikan Umbro

Logo swoosh yang sudah sembilan tahun belakangan ini setia menempel di apparel yang digunakan United adalah keluaran Nike Inc., sebuah perusahaan manufaktur yang berdiri tahun 1964 di Portland, USA. Dalam perkembangannya, Nike tumbuh menjadi merek yang sangat kuat dan merepresentasikan semangat Amerika yang bebas, berkualitas, dan inovatif. Bila Adidas simbol Jerman dalam keolahragaan, Nike adalah kebanggaan Amerika di bidang yang sama.

Ketika tahun 2000 Nike masuk untuk menggantikan Umbro memasok apparel, pasti tidak banyak orang menyangka itu adalah awal masuknya citra Amerika ke tubuh MU.

Keluarga Glazer Akuisisi United

Adalah Malcolm Glazer, seorang pengusaha Amerika berdarah Yahudi yang pada 2005 menjadikan kepemilikan Manchester United atas namanya. Tak kurang dari 800 juta poundsterling dikucurkan oleh pemilik First Allied Corporation tersebut. Keluarga Glazer sendiri adalah satu dari beberapa nama keluarga Yahudi yang menguasai dan pernah menguasai saham mayoritas di beberapa klub Premier League. Sebutlah Roman Abramovich, Alisher Usmanov, Alexander Gaydamak, dan Stan Kroenke di antaranya.

Selain United, Malcolm Glazer juga memiliki klub sepakbola Amerika, Tampa Bay Buccaneers

Stan Kroenke yang baru saja mengambil alih kepemilikan saham mayoritas Arsenal dari Alisher Usmanov

Seperti sudah banyak diketahui, Yahudi adalah musuh nomor satu bagi kebanyakan penganut agama Islam dan bangsa Arab, terlebih mereka yang fanatik. Bukan hanya karena konflik Timur-Tengah yang berkepanjangan dengan Israel yang dituding sebagai penyebabnya, Yahudi kabarnya sudah menjadi musuh Islam dan Arab bahkan sejak agama tersebut ada dan disebarkan. Berbagai ayat Al-Quran dan Hadith dikutip sebagai propaganda baik oleh para muslim radikal maupun pihak-pihak yang ingin memojokkan Islam. Ditambah Glazer berkewarganegaraan Amerika, tak ada alasan untuk para teroris tersebut 'melewatkannya' di Indonesia.

AIG Hilang, AON Terbilang

Manchester United memecahkan rekor sponsor dada ketika pada tahun 2006, AIG, sebuah perusahaan asuransi asal Amerika berinvestasi US$ 100 juta pada mereka, menggantikan Vodafone yang jatuh tempo di tahun yang sama. Krisis finansial yang menerpa Amerika setahun belakangan memporak-porandakan bisnis AIG dan membuat mereka tidak memperpanjang kontrak yang akan berakhir pada 2010. Penggantinya? Lagi-lagi sebuah perusahaan jasa asuransi & keuangan asal Amerika: AON. Kontraknya senilai US$ 133 juta/4 tahun juga adalah rekor baru dunia, melebihi jumlah yang dibayarkan merek-merek lain untuk menempel di jersey tim-tim elit lainnya.

Merek di atas akan digantikan oleh merek di bawah mulai musim 2010/2011

Artinya, jersey perayaan 100 tahun MU bermarkas di Old Trafford ini adalah jersey terakhir logo AIG bersemat

Jihad atau Semata Jahat?


Repot memang kalau hal-hal keagamaan sudah turut campur, obyektifitas pun menjadi bias. Para fanatik itu sudah sangat lancang mengatasnamakan Tuhan untuk melegitimasi nafsu setannya. Mereka berdalih berjihad, membela saudara-saudara satu agama (seukuwah) yang di bagian dunia lain diinjak-injak oleh entitas bernama Amerika. Padahal, kalau tindakan itu memang berdasarkan pembelaan terhadap saudara-saudara seukuwah, bukankah banyak tenaga-tenaga kerja Indonesia terutama wanita yang dianiaya hingga dibunuh ketika bekerja di negara seperti Malaysia dan Arab Saudi? Mana pembelaan mereka untuk para pahlawan devisa negara seperti Siti Hajar atau yang paling baru: Antin Suprihatin binti Solehudin? Apakah mereka menutup mata karena pelaku penganiayaan berasal dari negara dimana agama mereka muncul? Atau karena organisasi dan dalang peristiwa-peristiwa jahat ini berasal dari negara tersebut? Hahaha...jihad macam apa itu???!

Siti Hajar, muslimah yang juga butuh pembelaan saudara-saudara seukuwah.

Garuda di Dada

Indonesian All Star
yang sudah bersiap menghadapi MU pun harus juga menanggung kecewa. Namun, Garuda tentu bukan hanya untuk dibela di atas lapangan. Garuda bukan hanya untuk disematkan di dada kiri. Garuda adalah lambang negara, simbol harga diri bangsa yang harus dibela kapan saja dan di mana saja. Sekarang adalah momen yang paling pas untuk seluruh rakyat Indonesia membuktikan kepada seluruh dunia sebagai negara beradab yang tidak menyetujui terorisme dan tidak melindungi para teroris. Bila di jaman revolusi kemerdekaan kita dipersatukan untuk melawan penjajah dalam wujud Belanda dan Jepang, maka kini penjajah itu bertransformasi dalam diri para teroris berjanggut dan berjubah. Ini bukan lagi masalah agama karena masa depan bangsa Indonesia dipertaruhkan. Hancur-jayanya NKRI ada ditangan rakyat, bukan pada segelintir fanatik yang bahkan sudah mengkhianati ajaran agamanya sendiri.
Ayo, nyanyikan 'Garuda di Dadaku'-nya Netral lantang-lantang, dengan mengubah sedikit lirik refrain-nya:
"Garuda di dadaku...Garuda kebanggaanku..
Kuyakin KALI ini pasti menang!
Kobarkan semangatmu...Tunjukkan PERSATUANMU..
TERORIS PASTI BISA KITA GANYANG!"

Friday, July 10, 2009

Persipura & Balada Sepakbola Indonesia

Tim Mutiara Hitam: Juara yang sedang Tersandung Masalah

Hari ini, Jum'at tanggal 10 Juli Komdis PSSI memanggil beberapa pemain & pengurus Persipura terkait keputusan WO tim bersangkutan pada pertandingan final Copa Dji Sam Soe Indonesia 2009 (CDSSI 2009), 27 Juni silam. Seperti diketahui, dalam duel vs Sriwijaya FC waktu itu, Persipura melakukan WO karena merasa diperlakukan tidak adil oleh wasit.

Hadir di kantor PSSI pelatih Jacksen F. Tiago serta Walikota Jayapura yang juga adalah Ketua Umum Persipura M.R. Kambu ditemani kapten Edward Ivakdalam beserta wakilnya Jack Komboy, asisten pelatih Metu Duaramury serta manajer tim Rudi Maswi . Tujuan pemanggilan tersebut adalah untuk mencari tahu siapa yang mendalangi tim Mutiara Hitam melakukan WO. Tidak main-main, PSSI mencap oknum tersebut sebagai anti-fair-play. Selalu, sepakbola Indonesia lebih menarik untuk hal-hal seperti ini ketimbang permainannya.

Siapa sih yang Anti-fair-play?

Waktu itu tanggal 08 Juni 2008, ketika CDSSI 2009 sudah memasuki babak perempatfinal, Badan Liga Indonesia (BLI) melalui suratnya No. 0662/a/04/bli-31/v/2009 menunjuk Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring sebagai venue penghelat final pengganti Stadion Utama GBK. Sekilas tidak ada yang salah dari penunjukkan ini. Tapi melihat mayoritas masyarakat sepakbola Indonesia yang masih mudah terbakar emosinya hanya karena kontroversi sepentol korek, BLI seharusnya melakukan eksaminasi berulang dan riset mendalam sebelum mengeluarkan keputusan. Jujur saja, publik sudah merasa ganjil akan penunjukkan Jakabaring ini, sedang sang empunya stadion, Sriwijaya FC, masih bertahan di kompetisi bersama dengan tim-tim seperti Persibo Bojonegoro, Persitara Jakarta Utara, Persijap Jepara, PSMS Medan, Persipura Jayapura, Persija Jakarta, dan Deltras Sidoarjo.

Oke, pasti berlaku standar-standar tertentu untuk menilai apakah suatu stadion berikut infrastruktur & suprastruktur yang menyertainya layak atau tidak untuk menggelar partai final, Tp, apakah tidak ada stadion yang benar-benar netral/berada di region yang berbeda dengan tim-tim yang masih bertahan di kompetisi sehingga prinsip fair-play lebih terepresentasi?

Sebutlah stadion Palaran yang berada di kota Samarinda. Oleh www.worlstadiums.com, stadion bertaraf Internasional yang dipakai ketika Kalimantan Timur menghelat PON XVII tersebut menempati urutan 2 daftar stadion terbaik & terbesar di Indonesia. Jadi, untuk kualitas stadion Palaran memenuhi kualifikasi untuk menggelar final CDSSI 2009.

Faktor lain yang tak kalah penting adalah netralitas wilayah. Dari 8 tim kontestan perempat final CDSSI 2009 tidak ada yang berasal dari kota Samarinda, bahkan Kalimantan Timur. Letak pulau Kalimantan juga berada di tengah-tengah sehingga lebih adil bagi para suporter yang akan mendukung langsung bila tim kebanggaannya melangkah ke final.

Kalau akhirnya BLI berdalih bahwa stadion Palaran sudah didaulat menjadi tempat final Divisi Utama LI 2009 sehingga harus ada 'pemerataan' pun Kalimantan masih memiliki banyak stadion lain yang kualitasnya masih masuk dalam standar venue sebuah final. Stadion Kudunga di kota Tenggarong salah satunya. Tapi untuk 'kejadian tak terencana' seperti pemindahan venue final ini, isu 'pemerataan' seharusnya bisa diabaikan. Wewujudkan fair-play seideal mungkin jauh lebih penting. Bila komitmen fair-play tidak diterapkan sejak awal, definisi di fase-fase selanjutnya akan bias. Kalau makna serta batasannya saja tidak jelas, bagaimana bisa menentukan seseorang itu pro-fair-play atau anti-fair-play?

Stadion Palaran kebanggaan Samarinda. Terbesar di Indonesia setelah GBK

Ketidakpuasan Berkulminasi WO


Musim ini Persipura tampil ciamik untuk ukuran sepakbola nasional. Edward Ivakdalam memimpin rekan-rekannya mendominasi hampir di setiap pertandingan kandang maupun tandang. Tak heran, saat kompetisi belum berakhir, gelar juara ISL 2008/2009 sudah ada digenggaman.

Tim Mutiara Hitam sepertinya akan mengulang prestasi hebat Sriwijaya FC yang musim lalu sukses menyandingkan gelar liga dengan trofi copa. Skenarionya pun tampak akan berakhir dramatis dengan merebut langsung trofi dari Laskar Wong Kito, setelah di liga mereka juga memastikan gelar setelah menekuk sang juara bertahan di stadion Mandala.

Apa lacur, skenario tinggal skenario. Sebuah insiden menjelang genap sejam pertandingan ketika kiper Sriwijaya FC Ferry Rotinsulu menabrak dari belakang gelandang Persipura Ian Kabes dalam kotak penalti dibiarkan Purwanto, wasit final itu. Play on..bola kemudian bergulir ke arah Ernest Jeremiah yang spontan membalikkan arahnya ke dalam gawang lawan dengan sepakan terukur. Dasar nasib, Purwanto lagi-lagi menolak meniup peluit tanda terjadi pelanggaran ketika bola tendangan Ernest tadi urung masuk gawang karena terhalang tangan bek tim rival, Joel Tsimi. Kali ini, bintang-bintang Papua tidak terima. Ramai-ramai mereka menyerbu wasit dan mengerubutinya. Tak mampu mengendalikan emosi, Ernest pun menanduk Purwanto. Wasit asal Kediri itu kemudian langsung mengeluarkan kartu merah untuk pemain asal Nigeria. Tak ayal, kejadian tersebut memicu para pemain Persipura lainnya untuk meninggalkan lapangan dan menolak kembali bertanding bila kartu merah tersebut tidak dicabut dan memberikan hadiah penalti bagi mereka. Beberapa tokoh sudah coba membujuk. Tapi mau bilang apa, ajakan Ketua PSSI Nurdin Halid hingga permintaan Gubernur Papua Barnabas Suebu gagal mencairkan hati Solossa Brothers and The Gank yang sudah membatu.

Saya tidak melihat peristiwa tersebut sebagai kebodohan atas dasar solidaritas buta semata, itu adalah titik puncak dari kesabaran yang ada batasnya. Banyak orang di luar sana masih dengan sinis menyoroti masalah mental putra-putra tanah Cendrawasih. "Sukses sedikit mabuk-mabukan, sukses sedikit main perempuan, bagaimana mau maju...???!" begitu sindir mereka.

Ahh...saya justru punya pendapat berbeda. Kasus ini justru menjadi bukti kebesaran hati Ricardo Salampessy, cs. Mereka sangat menjunjung tinggi sportivitas. Dengan gagah berani mereka menyambangi kandang macan untuk merebut gelar langsung dari tangan Sang Juara Bertahan. Meski banyak suara sumbang menyuarakan ketidakadilan, mereka terus jalan. Meski banyak argumen mengindikasikan kecurangan yang terencana rapi, mereka tuli. Bagi mereka sepakbola adalah hidup, titik.

Prinsip itulah yang selama ini secara natural menempa pesepakbola-pesepakbola Papua. Sepakbola adalah tentang harga diri. Maka, ketika kerja keras di lapangan dilecehkan oleh sebuah konspirasi, jangan salahkan kalau kemudian mereka menentukan langkah sendiri. Mereka tahu peraturan. Perjalanan karir sepakbola mereka tidak melulu latihan taktik, teknik, dan fisik. Tapi, diatas lapangan, tidak ada yang mengenal peraturan sebaik para pemain itu sendiri. Mereka punya insting yang tercipta secara kimiawi melalui proses yang berulang-ulang untuk menentukan mana yang seharusnya gol dan yang tidak gol, mana yang hand-ball dan tidak hand-ball, mana yang pelanggaran dan bukan pelanggaran, juga mana yang merupakan kesengajaan atau kealpaan.

Copa Dji Sam Soe-poli?


Lalu, benarkah ada sebuah konspirasi? Kalau kasus suap dunia sepakbola di Italia mendapat sebutan Calciopoli, maka jika benar ada skandal pengaturan pertandingan (hasil kompetisi) Copa Dji Sam Soe Indonesia, apa dong namanya? Copa Dji Sam Soe-poli? Hahaha...membahas hal ini lebih menarik ketimbang meneruskan argumen benar tidaknya tindakan Persipura mengingat sudah adanya hukum positif dalam dunia sepakbola yang tidak membenarkan sebuah tim untuk walk-out (WO). Jika nekad WO, mereka harus tahu konsekwensinya, dan Persipura sudah menyatakan siap untuk bertanggung-jawab dengan datang memenuhi panggilan Komisi Disiplin tadi sore. Salut!

Kembali ke Copa Dji Sam Soe-poli (CDSS-poli).

Kalau masalah penunjukkan venue pengganti saya melihat kurangnya pertimbangan netralitas, di partai final itu sendiri saya justru tidak melihat sesuatu yang konspiratif yang bisa dikritisi lebih lanjut. Wasit yang biasanya dijadikan alat bagi para konspirator untuk menentukan pemenang, dalam pertandingan ini justru menjadi anti-thesis.

Purwanto sang pengadil adalah wasit papan atas di negeri ini. Sudah mendapatkan lisensi C1 sejak 1993, kapasitas dan kredibilitas lelaki yang pernah menjadi asisten wasit FIFA pada 1995 itu tentu tidak diragukan lagi. Sebelum memimpin partai final CDSSI 2009, Purwanto berpengalaman memimpin berbagai partai penentuan lainnya, seperti final Liga Indonesia musim 2007 (Sriwijaya FC Vs PSMS Medan) final LI 2005 (Persija FC Vs Persipura FC), dan final LI 2002 (Persita FC Vs Pertrokimia Putra Gresik).

Pria jangkung berkumis tipis itu adalah juga peraih penghargaan Bintang Adi Manggalya Krida dari Pemerintah berkat jasanya di bidang olahraga, khususnya dunia perwasitan. Penghargaan yang membuatnya kini sejajar dengan para pelaku olahraga terbaik di Indonesia. Di antaranya ada Markis Kido dan Hendra Setiawan (bintang Parama Krida Utama Kelas I), atau para pelatih terbaik Indonesia seperti Sigit Pamungkas dan Marlev Mainaky (Bulutangkis), Eni Nuraini Martodihardjo (atletik), Fictor Gideon Roring (basket), dan Wahyudi Hidayat (balap sepeda) yang semuanya juga mendapatkan bintang Adimanggalya Krida. Dari profesi wasit sendiri, Pergunan Tarigan (angkat besi), Sardjito dan Sumartojo (atletik), serta Dra Linda Darnela (senam) adalah nama-nama yang juga mendapatkan bintang dan penghargaan serupa dengan Purwanto.

Jadi, sangat tidak beralasan bila kita menuduh PSSI/BLI melakukan kekejian seperti itu. Sebelum kita baca kesaksian dari Ario Yosia tentunya. Dalam sebuah wawancara, kolumnis www.bolanews.com tersebut mengaku pernah dicurhati begini oleh Purwanto: "Jujur saja, Mas, saya ingin berhenti. Saya sudah tua." Secara objektif Ario juga menilai fisik Purwanto sebenarnya sudah tak layak lagi memimpin laga sekelas final Copa. Beberapa tahun silam saat meliput acara penyegaran wasit PSSI di Bandung, Ario menyaksikan sendiri bagaimana sang pengadil gagal melakoni tes fisik. Dia sinyalir, Purwanto tetap dipaksa bertugas demi pencitraan korps wasit Indonesia. Purwanto menjadi korban ketidakmampuan PSSI mencetak wasit-wasit berkualitas yang integritasnya dipercaya klub-klub kontestan, tulisnya di: http://www.bolanews.com/edisi-cetak/nasional6.htm.

Kondisi itu juga diamini oleh ketua Badan Wasit Sepakbola Seluruh Indonesia (BWSI), Bernard Limbong di Jakarta kepada kapanlagi.com pada 2 Juli 2009. "Purwanto adalah wasit terbaik Indonesia saat ini. Dan partai final Copa Indonesia 2008/09 itu adalah partai terakhir yang dia pimpin, karena usianya sudah melewati masa wajib sebagai wasit. Ia bekerja dengan maksimal. Tidak ada yang salah dengan Purwanto," jelas Limbong.

Membatasi usia seseorang untuk melakukan suatu tugas tertentu tentu dengan pertimbangan agar orang itu dalam bertugas optimal. Kalau dengan sengaja menugaskan seseorang yang usianya sudah melewati ambang batas dan orang tersebut secara tersurat sudah menyatakan keinginannya untuk berhenti, adakah tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh PSSI secara terselubung??! Hmm....entahlah! Paling tidak, kasus ini pasti turut menjadi pertimbangan bagi Reuters untuk menilai kondisi sepakbola Indonesia di musim yang baru saja berlalu sebagai 'a shambolic season' atau musim yang kacau-balau! Tidak percaya? Kunjungi saja: http://football.uk.reuters.com/world/news/SP536092.php

Wasit Purwanto. Partai Perpisahan nan Kontroversial.

Sunday, July 05, 2009

Perjudian Tukang Parkir & Samba-Samba Muda United

Tepat hari minggu seminggu yang lalu, sepulang dari melihat pameran industri kreatif Indonesia di JCC, saya berbincang sebentar dengan seorang tukang parkir.

"Nanti malam pegang mana mas...??!", tanya dia mengacu pada final piala konfederasi 2009, menyapa sembari menghampiri saya untuk mengutip ongkos parkir.

"Amerika pak, ngeri, banyak rudalnya...", jawab saya setengah bercanda, sambil mengeluarkan ongkos parkir.

"Wah..padahal saya pasang Brazil..", sambarnya cemas.

Hehehe..kecemasan yang tampak nyata dari raut mukanya itu bikin saya tersenyum puas sepanjang perjalanan menuju fX buat liat trofi Liga Inggris yang dipamerin di sana sebagai bagian dari kegiatan Asia Tour ManchesterUnited.

Maksud hati pengen liat langsung trofi di atas, apa daya udah dibawa ke Singapura :P

Memoribilia graphic book ini pun gak mampu melipur kecewa...

Akhirnya foto bareng deh sama 'pemain-pemain United', hohoho....!!!

Jawaban saya atas pertanyaan tukang parkir tersebut jelas sedikit sekali kadar seriusnya. Tapi, menyaksikan babak pertama final mungkin membuat tukang parkir tersebut banjir keringat dingin. Dia tentu mengira saya adalah peramal skor bola yang gila jagonya. Padahal, ketika Landon Donovan memperlebar keunggulan AS yang dicetak oleh Clint Dempsey, saya masih tidak percaya AS bakal jadi juara untuk pertama kalinya.

Tentu saya mengangkat topi tinggi-tinggi pada pertahanan AS yang begitu militan melindungi gawangnya, plus efisiensi barisan penyerangnya dalam menggalang serangan balik. Tapi, Inggris yang biangnya kick&rush pun saya yakin akan keteteran menghadapi tim Samba yang satu ini. Mereka bukan seniman bola yang mengandalkan keunggulan teknis saja, tapi juga punya kekuatan fisik yang luar biasa lewat postur para pemainnya yang rata-rata tinggi besar.

Felipe Melo nan Memukau

Jangkar andalan baru Selecao. Namanya boleh Melo, tapi maennya....sangar bow!!!

Doi juga penguasa lini tengah Fiorentina. Bakal mantap kayaknya kalo duet sama Carrick atau Anderson!

Diantara deretan juara-juara tersebut, saya sangat kesengsem melihat Felipe Melo yang bersama Gilberto Silva menjadi kumparan yang sangat solid dalam dinamo permainan Selecao. Sebagai bukan penonton Serie A, saya tentu tidak familiar dengan pemain ini. Ternyata, Melo adalah andalan Fiorentina ketika musim lalu berhasil merebut jatah liga Champion dari AS Roma. Dan tak heran, ketika seminggu terakhir ini berkunjung ke berbagai portal sepakbola, sang centrocampista diberitakan menjadi rebutan banyak klub besar. Inter, Juventus, dan Arsenal dikabarkan sedang menjajaki pembelian pemain yang klausul buy-out-nya dipatok diharga 25 juta euro tersebut.

Brazil Coming from Behind

Oke, kekaguman saya cukup sampai disitu mengingat saat ini hampir mustahil Sir Alex Ferguson mencari seorang jangkar tambahan mengingat menumpuknya pemain yang dapat bermain di posisi tersebut. Untuk mengantisipasi Owen Hargreaves pensiun dini pun manajemen United lebih memilih Yaya Toure dari Barcelona

Seperti diketahui, Brazil berhasil membalikkan kedudukan untuk kemudian back-to-back menjadi juara piala Konfederasi melalui dua gol Luis Fabiano & satu tandukan kapten Lucio. Gelar ini bermakna ganda karena juga membawa Brazil mengkudeta Spanyol dari tampuk peringkat teratas FIFA.

Brazil kembali ke puncak dunia!

Melihat banyaknya talenta Samba yahud lainnya yang tidak masuk dalam seleksi kompetisi kali ini menyiratkan bahwa Brazil masih yang terbaik di dunia saat ini. Suratan yang akan terlegitimasi bila tahun depan mereka berhasil membuktikan diri sebagai negara yang dapat menjadi juara di benua mana pun Piala Dunia dilaksanakan. Satu yang saya harapkan tentu saja Setan-Setan Merah Samba seperti Anderson, Possebon, Rafael, dan Fabio termasuk di dalamnya!

Rodrigo Possebon. Musim 09/10 kabarnya akan dipinjamkan ke klub liga Portugal.
Bila rajin jadi starter, kesempatannya masuk tim Samba ke Afrika Selatan sangat besar.

Rafael-Fabio da Silva. Sulit geser Maicon-Dani Alves serta Andres Santos-Marcelo sbg full-back sayap Selecao.
But, nothing's impossible, lads!

Anderson Oliveira. Mendapat persaingan baru dari Melo di lini tengah timnas Brazil.
Keep up agile work man!